Selasa, 26 April 2016

Para Pengendali Monster Indonesia

Para pengendali monster di indonesia. Tidak berlebihan mereka diberikan julukan demikian. Seorang yang mengendalikan kendaraan sebesar itu adalah orang-orang yang setiap hari nya menjaga nyawa para rider dari amukan monster besi bermesin.

Monster Besi Bermesin
Pasti sulit mengendalikan monster sebesar itu. Saat mahluk mati yang terbuat dari besi tiba-tiba hidup lalu bangkit. Para pawang itu segera duduk di ruang kendali menyiapkan fisik dan mental yang kuat. Tangan-tangan cepat yang mencengkram setir saat jalan aspal memaksa kepala mobil truk untuk berbelok. Bola matanya sangat sibuk mengawasi kaca spion kanan dan kiri, berjaga-jaga agar pengendara labil tidak menjadi tumbal. Fokusnya dengan cerdas menghitung ketelitian sudut dan ruang saat bermanuver atau melakukan parkir. Tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan visual. Harus mengacungkan jempol untuk para sopir mobil-mobil truk besar khususnya di indonesia.




Pertarungan di Jalan Raya
Bukan hal yang mudah bagi para pengendali monster besi menyusuri jalanan khususnya di indonesia. Lalu lintas yang masih semrawut, kondisi jalan yang buruk memaksa para pawang truk menyiapkan sesajen ekstra berupa mental yang terlatih dan matang. Terlebih jika tempat tujuan harus melewati jalan jalan kecil, mereka menjaga setir mobil truk dengan ekstra hati-hati seolah-olah benda mati itu akan mengamuk. Kini jalan raya bukan lagi menjadi tempat lalu lintas, tapi seolah telah menjadi arena pertarungan emosi antar pengguna jalan. Dengan alasan klasik "sedang buru-buru" pengendara-pengendara labil memborong dan menguasai jalan. Menyalip seenaknya membuat kaget pengendara lain. Emosinya individualis. Satu terpancing emosi amarah dan menular kemudian kepada pengendara lain. Sampai kemudian perilaku ini resmi dijadikan tradisi di jalan raya dengan nama semrawut lalu lintas. Hal yang semrawut dilahirkan dari nafsu dan amarah. Jangan sampai jalan aspal memanggil malaikat pencabut nyawa untuk mengingatkan para pengendara tentang nafsu.


Karena Pengendali Monster pun Seorang Manusia
Ada aturan tidak tertulis di jalanan yang masih dipakai. Yang besar lah yang salah. Ketika kecelakaan terjadi antara roda dua dan roda banyak, yang banyak roda nya yang salah. Yang besarlah yang salah. Jika saja truk-truk besar itu bisa berbicara, pengendara motor urakan pasti akan dimaki-maki saat mengagetkan sang pawang monster. Sebagai rider, kita harus memahami bahwa sang pengendali monster pun seorang manusia. Ia bisa lelah, senantiasa menghadapi perilaku kita yang buruk dan sering mengagetkannya. Ia bisa letih, terus mengawasi dan memastikan nyawa kita selamat dari kaca spion. Dan dalam status sosial, ia adalah seorang Ayah pencari nafkah yang dinantikan keluarganya. Dalam kengerian jalanan, saling menghargai nyawa pengendara dan tertib berlalu lintas adalah satu-satunya penyelamat dari teror aspal yang meminta tumbal. Mereka pun bisa mengendalikan monster sebesar itu, bagaimana dengan kita wahai para rider. Pasti, kita pun pasti bisa.



Etika Berkendara dan Safety Riding
Fungsi klakson yang awalnya untuk menyingkirkan pengendara lain, berubah menjadi cara menyapa antar pengendara. Menghilangkan emosi dan sifat individualis justru akan membuat perjalanan rider tidak terasa lelah dan justru menyenangkan. Bagaimana perjalanan justru bukan lagi menjadi sebuah kekhawatiran, melainkan menjadi pengamalan menambah wawasan dan sarana pelatihan emosi jiwa. Membuat perasaan takut dan was-was menjadi aman dan nyaman.








Etika berkendara secara pribadi:

Mematuhi rambu-rambu lalu lintas
Berjalan sesuai jalur. kiri jalur lambat, kanan jalur cepat
Mengutamakan ambulance
Memberi tanda saat berbelok dan jangan lupa dimatikan lampu sein setelahnya *ibu-ibu*
Menyebrang saat jalan kosong *jangan memotong jalan pengendara lain*
Memperhatikan pengguna jalan non mesin *pejalan kaki, sepeda, pedagang kaki lima*
Tidak menguasai jalan *ngobrol di jalan, berjalan pelan di tengah jalur, dll*
Tidak membuat kaget pengendara lain *rem dadakan, nyalip dadakan, serba dadakan*
Memberi jempol setelah menyalip *solid mabro*
Liren, mandeg, trus ngopi bareng mabro.

Safety Riding:

Gunakan helm
Alat safety lainnya untuk para rider yang suka touring
Cek kendaraan sebelum berangkat *rem, lampu besar, sein, tekanan angin, kondisi ban dan velg, kekencangan rantai, transmisi dll
Sesuaikan cara berkendara dengan kondisi dan situasi jalan
Barang bawaan sesuai kemampuan
Liren maning, mandeg maning, trus ngopi bareng maning. Ngobrol ngalor ngidul di warung kopi. Barangkali ketemu jodoh dari anak ibu warung. hahahaha.


Happy Going Happy Riding


Akhir cerita, ini adalah kisah hebat para pengendali monster dari usaha nya mendidik kita para rider agar berlalu lintas dengan aman. Speedfreak dalam koridor sesuai kondisi nya. Menjadikan perjalanan rider sebagai refleksi dan wisata pikiran. Percayalah, jika alasan buru-buru, saya, anda, bahkan siapapun bisa mengatakan bahwa masing-masing sedang buru-buru. Namun sejatinya dirinya lah yang sedang diburu oleh emosi bernama nafsu.

jika awalnya Buru-buru
maka akan terburu-buru
kemudian perasaan emosi serasa diburu
emosi yang meluap mulai memburu
memburu nafsu
memburu nyawa

Jalan raya bisa jadi lahan wisata dalam pikiran yang peka dan terbuka. Menjadwalkan acara dan memperhitungkan waktu merupakan solusi yang paling baik. Semua menginginkan sampai tujuan dengan selamat. Berdo'a kepada Yang Maha Kuasa sebelum berangkat. Start kunci kontak dan gas. Riding fun. Jika terlambat, ya sudahlah, yang penting perjalanan ini terasa nikmat.


Tariiiikk maang.
hahahahaha...

thank's for reading.
share jika bermanfaat.




note : saat memfoto mobil truk, bapak penarik becak ini minta difoto.

Kamis, 21 April 2016

Mencuri Nyawa Ayah

Tidak ada yang akan percaya jika kukatakan "Aku telah mencuri nyawa Ayahku" atau "Kamu telah mencuri nyawa Ayahmu". Maling teriak maling. Maling enggan disebut maling dan mana mungkin akan mengakui dirinya adalah maling. Tulisan ini semata-mata sebagai bukti, untuk mendakwa diriku sendiri  dan anda bahwa kita pernah menjadi maling. Maling nyawa.



Masih ingat saat di duduk di bangku sekolah yang nyaman, megah, dan bisa ketawa ketiwi, siswa-siswi peserta didik diminta untuk memperkenalkan diri dan menyebutkan cita-cita nya masing-masing. Ada yang ingin menjadi seorang Guru, Pengusaha, Dokter, Polisi, dan beberapa profesi lain. Tidak sedikit yang mengatakan Bahwa cita-cita nya ingin "Membahagiakan Orang Tua".

PARA PENANTANG MAUT
Kalimat "Membahagiaka Orang Tua" kembali terngiang saat aku sedang berhenti di jalan Tuparev Kota Cirebon melihat para penantang maut. Jika kutanya padamu "Apa yang sedang mereka lakukan" apakah kau akan menjawab "Mereka sedang memasang papan iklan". Menurutku mereka sedang mempertaruhkan nyawa untuk keluarganya.  Jika kutanya padamu "siapa mereka?" apakah kau akan menjawab "mereka adalah para pekerja lapangan". Aku punya pandangan lain, mereka adalah Ayah dari seorang anak dan suami dari seorang istri. Ayah yang sedang menyulap kuota hidupnya menjadi uang untuk diberikan kepada anak dan istri.







DIA SANG PENJAGA NYAWA

Seberapa sering pun seseorang melewati jalan yang sama, jika ditanya "Siapa dia? Orang berompi pembawa peluit itu?" Tidak banyak yang mengetahui namanya meskipun orang-orang telah diselamatkan nyawanya dengan peluit dan rompi ngejreng. Sebut saja dia  sang penjaga nyawa. Sang penjaga yang mempertaruhkan nyawa untuk memastikan keselamatan para pengendara. Sang penjaga yang meluangkan jangka hidupnya dalam mengais rizki untuk menyambung nyawa anak istri dengan nasi.Dengan berbekal mata yang jeli, pengawasan yang teliti, serta kemampuan arah kanan kiri dihabiskanya untuk menjaga nyawa orang lain dengan nyawa nya. Dia sang penjaga nyawa. Ayah yang menjaga lambung keluarga dengan keringatnya.




DIA ADALAH AYAH ORANG YANG KITA CURI NYAWANYA
Dalam lahiriah, dia adalah seorang penarik becak. Dalam sudut pandang keluarga, dia adalah seorang Ayah. Dalam kacamata pikiran, dia adalah orang penyambung nyawa.Dialah orang yang kita sebut Ayah. Dialah Ayah yang menenangkan lambung kita dengan hasil rizkinya.Dialah Ayah sang penyambung nyawa. Ia menyambung nyawa kita dengan beras. Ia membeli beras dengan uang. Ia membeli uang dengan mengayuh becak. Ia mengayuh becak dengan membeli tenaga dan waktu. Ia membeli tenaga dan waktu dengan nyawa nya.










DIA BERNAMA AYAH
Entah apa yang sedang dilakukan Ayah di luar sana saat kita asik tertawa cekikikan di sekolah. Entah apa yang sedang dipikirkan Ayah dalam lamunannya saat kita sibuk membuat rancangan masa depan penuh dengan cerita romansa "aku & kamu" di dalam buku matematika. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba Ayah mempunyai banyak uang saat mendekati tanggal bayar sekolah kita.
Jangka waktu hidup Ayah yang digunakan untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu. Dengan seenaknya kita pakai dan mencuri sesuatu miliknya. Kami minta maaf, Ayah. Telah mencuri nyawa dan kebahagiaanmu untuk membahagiakan dan menghidupi kami.





thank's for reading.
bagikan jika bermanfaat.








Selasa, 05 Mei 2015

Sebungkus nasi

Siang hari. Pria berkaki buntung duduk di trotoar jalan. Baju nya lusuh dan dekil. Tangannya sibuk membunyikan recehan di baskom besi.
"Sedekahnya Bu, saya belum makan"
Koin jatuh ke baskom.
"Sedekahnya pak, saya belum makan"
Pemulung itu menaruh nasi bungkus kedalam baskom besi.
"Ini dari warung nasi. Aku sudah kenyang"
Kemudian berlalu. Ia lantas memakannya.
Sore hari, pria berkaki buntung hendak duduk di trotoar mall.
Pindah lokasi. Matanya membelalak tidak percaya. Pemulung tengah lahap memakan makanan sisa dari tong sampah mall. Ia tertegun. Lantas menengok buntelan kain yang selalu dibawanya. Memperhatikan uang didalam buntelan yang seharusnya bisa membuat perutnya pecah kekenyangan. "Besok, aku tidak akan lagi melipat kaki" ujar pria berkaki buntung.

#‎flashfiction